Apakah
Anda bekerja di depan komputer lebih dari dua jam sehari? Apakah mata
Anda terasa lelah setelah menggunakan komputer? | Hati-hati, mungkin
Anda terkena computer vision syndrome, yaitu keluhan mata dan
penglihatan akibat bekerja menggunakan komputer.
tulah pesan yang
disampaikan oleh Pusat Mata Nasional Rumah Sakit Mata Cicendo, Bandung,
terhadap para pengguna komputer. Menurut data indikator teknologi
informasi dan komunikasi Kementerian Komunikasi dan Informatika tahun
2010, pengguna internet di Indonesia tercatat 45 juta orang.
Indonesia
juga menempati peringkat kedua dunia pengguna Facebook, yakni sekitar
32 juta orang. Bagi yang menggunakan komputer selama berjam-jam, mereka
berisiko terkena computer vision syndrome (CVS). Gejala CVS antara lain
iritasi, yakni mata merah, berair, atau terasa kering. Kemudian,
kelelahan mata, yakni mata terasa letih, kelopak mata atau dahi terasa
berat. Selain sulit fokus, biasanya gejala ini juga diikuti dengan sakit
kepala.
CVS disebabkan oleh frekuensi berkedip yang menurun
akibat menggunakan komputer dalam waktu lama, sementara posisi komputer
serta pengaturan cahaya salah.
Ada beberapa cara mengatasinya, misalnya selama menggunakan komputer, istirahatlah 10 menit setiap jam.
Kemudian,
alihkan pandangan dari monitor setiap 15 menit dengan melihat obyek
yang jauh kira-kira 10 detik. Atau, lakukan variasi kegiatan untuk
menghindari melihat layar komputer terus-menerus, misalnya sesekali
berdiri, menelepon, atau bicara dengan rekan-rekan kerja.
Lalu,
atur pencahayaan ruangan agar jangan terlalu terang dengan memasang
tirai pada jendela. Gunakan lampu pijar yang tidak terlalu terang atau
lampu meja. Hindari pantulan sinar pada layar komputer, bisa juga
memasang filter pada layar komputer.
Ketika bekerja menggunakan
komputer, usahakan posisi duduk Anda nyaman dan rileks. Gunakan kursi
yang dapat diatur posisinya dan disertai sandaran. Sebaiknya duduk tegak
(90 derajat) dengan posisi keyboard sedikit lebih rendah daripada siku
dan lengan (100 derajat).
Layar komputer sebaiknya berjarak 50-75
sentimeter dari mata atau lebih jauh daripada jarak baca. Posisi layar
diatur sedemikain rupa, sedikit miring ke belakang 5-20 derajat dari
posisi tegak. Bagian atas layar sejajar atau sedikit lebih rendah dari
ketinggian horizontal mata.
Mitos dan fakta | Direktur
Medik dan Keperawatan Pusat Mata Nasional Rumah Sakit Mata Cicendo,
Bandung, dr Iwan Sovani SpM(K) MKes MM memaparkan betapa penting
penglihatan karena 80 persen jalur komunikasi manusia dimulai dari mata.
Kalau terhenti, terhentilah semua jalur komunikasi, dan hal itu akan
sangat mengganggu aktivitas kehidupan.
Dari sisi produktivitas,
gangguan penglihatan ini akan berakibat sangat fatal. Pasalnya, jika
seseorang menderita kebutaan, seorang produktif harus membantu penderita
itu. Namun, selama ini, masyarakat tidak terlalu memperhatikan
kesehatan mata karena masih terbelenggu oleh mitos.
Misalnya,
kelainan kacamata plus hanya terjadi pada orang tua. Secara fakta, itu
tidak benar. Kelainan kacamata plus tidak hanya terjadi pada orang tua,
tetapi dapat juga diderita anak-anak atau dewasa muda.
Menurut
Iwan, ada dua jenis kelainan yang harus diberi kacamata plus, yaitu
kelainan presbiopia dan hipermetropia. Presbiopia (mata tua) biasanya
terjadi memasuki usia 40 tahun, ketika fungsi penglihatan dekat mulai
menurun. Pada kondisi ini terjadi kesulitan membaca dekat dan melakukan
pekerjaan dekat lain.
Penderita yang mulai mengalami presbiopia
harus menjauhkan jarak jika membaca dan akan kesulitan memasukkan benang
ke lubang jarum. Kacamata plus yang dibutuhkan hanya untuk tujuan
membaca dekat atau melakukan aktivitas dekat. Kalau melihat jauh,
biasanya tidak dibutuhkan kacamata.
Hipermetropia adalah kelainan
refraksi yang ditandai dengan kesulitan melihat jauh dan dekat. Kasus
ini sering ditemukan pada masa kanak-kanak atau pada bayi dan anak yang
telah dilakukan operasi katarak sebelum penanaman lensa mata. Kelainan
ini tidak dibatasi oleh umur dan bukan kelainan akibat proses penuaan.
Katarak
| Katarak yang memiliki porsi terbesar (70 persen) penyebab kebutaan di
Indonesia juga diliputi mitos. Selama ini, sebagian besar masyarakat
beranggapan, katarak hanya diderita para orang tua. Faktanya, itu tidak
benar.
Katarak dapat terjadi pada bayi baru lahir.
Katarak kongenital biasa terjadi karena proses infeksi selama di
kandungan, seperti infeksi TORCH pada ibu hamil.
Katarak juga terjadi pada dewasa muda (katarak persenil) dan orang tua (katarak senilis).
Penyebab
katarak bisa berupa faktor infeksi, keturunan (genetik), trauma
(kecelakaan, seperti terbentur/tertusuk), atau proses degenerasi
(penuaan).
Selama ini ada kesan masyarakat melakukan
pembiaran terhadap penderita katarak karena beranggapan bahwa katarak
dapat disembuhkan tanpa operasi.
Anggapan itu tentu
saja tidak benar. Katarak adalah kekeruhan lensa mata sehingga
menghalangi masuknya cahaya pada retina dan dapat mengakibatkan turunnya
penglihatan sangat tajam.
Kekeruhan pada lensa mata
tidak dapat dihilangkan, kecuali dioperasi. Operasi bertujuan
mengeluarkan kekeruhan pada lensa mata sehingga diharapkan cahaya dapat
kembali masuk ke dalam mata. Dengan begitu, penglihatan jadi jelas
kembali.
Situasi itu diperparah oleh persepsi keliru
lain, yakni operasi harus ditunda sampai dengan katarak menjadi matang.
Mitos ini juga tidak benar. Dengan kemajuan teknik bedah katarak modern
yang sangat pesat, katarak dapat dioperasi tanpa harus menunggu matang.
Saat
katarak telah memengaruhi dan mengganggu aktivitas sehari-hari, seperti
penglihatan tidak cukup jelas untuk melakukan hal-hal yang harus atau
diinginkan, hal tersebut sudah menjadi alasan yang cukup bagi penderita
untuk mempertimbangkan operasi katarak.
Berdasarkan kunjungan ke
Rumah Sakit Mata Cicendo yang merupakan Pusat Mata Nasional, penderita
infeksi mata merupakan yang tertinggi dari sepuluh besar penyakit
penyebab gangguan penglihatan atau kebutaan. Tahun 2010 tercatat 24.993
penderita infeksi mata yang berobat ke Cicendo.
Urutan
kedua adalah pasien refraksi (kacamata) yang tercatat 18.458 orang.
Selanjutnya adalah pasien anak-anak (12.786 orang), katarak (12.240
orang), retina (10.107 orang), dan glaukoma (10.000 pasien). Sementara
pasien dengan penyebab lain di bawah 10.000 orang per tahun.